Spracht Blau Notes..Manuell Syntax ❤❤❤

2020, Lompat di Tempat


Kangen juga pengen nulis sesudah cukup lama berpacu dengan kesibukan dan kemalasan.
Yah inilah 2020.
Cukup banyak yang sudah saya lakukan, lompatan demi lompatan, realisasi perencanaan.. dan hasilnya bisa di katakan kembali ke titik semula.
Setengah tahun sudah berlalu, rasanya makin hari kehidupan ini makin aneh, makin tidak indah dan sulit di terka.

Tahun ini memang ajib banget karena wabah Covid 19 yang melanda hampir seluruh dunia tentunya.
Bukan hanya soal perekonomian yang terkena dampaknya, sektor pendidikan, sosial, religi dan aspek kehidupan lainnya betul betul menjadi sulit.

Anak sekolah sudah sejak bulan Februari belajar di rumah, dan masih berlanjut sampai entah kapan.
Jangan tanya soal pengetahuan yang di dapat, Namanya juga situasi darurat, belajar dekat TV dan ponsel itu ibarat puasa di terik hari depan jus alpukat.
Gampang ganpang susah menyadarkan anak bahwa ini bukan liburan.

Yang lebih menyedihkan, silaturahmi di keluarga menjadi terganggu.
Beberapa kali saya mampir ke rumah orang tua karena ada suatu keperluan, dan keluarga sendiri merasa ketakutan saya datang membawa virus penyakit.
Suwe banget lah rasanya mendapat perlakuan begitu, tapi yaa mau gimana lagi..
Di masa masa awal pandemi, semua di cekam ketakutan dan saling curiga.
Wajar sih, ini penyakit serba misterius soalnya.
Tentunya siapa siapa juga gak ada yang mau mati konyol karena kecerobohan dalam interaksi sosialnya, kecuali emang kudet banget sehingga tidak memahami apa yang sedang melanda dunia ini.

Tujuh bulan sudah sejak wabah terdeteksi di negeri ini, bahkan kegiatan ibadah dan hari besar keagamaan berasa datar banget.
Aktivitas di rumah ibadah sempat di larang demi mencegah penularan wabah.
Dalam hati rasanya seolah Sang Pencipta tengah marah dan menolak kita mendekat padaNya.
Semoga saya salah dalam hal ini.

Di sektor pekerjaan..??
Hmhh...
Ibarat sebuah pesawat dengan empat mesin, saya itu seperti harus terbang dengan kondisi dua mesin mati.
Rasanya berat banget mesti bertahan.
Tapi mengeluh juga hanya menampilkan sisi kelemahan saja.
Ya sudah lah, di syukuri saja masih bisa menyuapkan nasi setiap hari untuk mengisi perut yang lapar.
Semoga saja semua ini cepat berlalu.

Semua tidak lagi sama sejak mahluk kecil itu mampir di negeri kita ini, level kesulitan hidup melonjak beberapa tingkat di luar dugaan menjadi lebih berat.
Apapun upaya yang saya lakukan hanya mampu mencapai titik bertahan, tak ada lompatan berarti
Sekuat apapun melompat, jatuhnya kembali di titik yang sama.
Mungkin ini memang teguran untuk kita semua.

Hanya harapan yang tetap saya tambatkan di tempat yang paling tinggi memasuki semester kedua tahun ini.
Hanya harapan yang tetap membawa semangat, karena tanpanya akan terhenti langkah perjuangan ini.
Dan seperti biasa.. menyerah bukan pilihan.
Menyerah hanya akan jauh memperlambat, dan pada akhirnya toh juga harus bangun untuk melangkah dari keterpurukan.
Jadi meski mati matian, itu tetap masih lebih baik daripada mati betulan. Semangat.. !!

Imanuell..


Sabtu, 11 Juli 2020   07.20